Masih tentang budaya bangsa ini sekarang, seperti yang kita tahu bahwa banyak masyarakat kita yang melakukan tawuran, terutama anak SMA/STM, SMP, bahkan SD. Sepertinya negara kita telah berputar 180º, dari yang dahulunya terkenal sebagai bangsa yang bertata krama, ramah terhadap semua orang menjadi bangsa yang tidak punya budi pekerti yang baik dan cepat emosian.
Banyak contoh-contoh yang penulis dapatkan selama perjalanan pergi maupun pulang kuliah, mulai dari anak STM yang terbebas dari kejaran polisi setelah tawuran, 2 siswi yang bolos sekolah, maupun cerita dua taruna/i yang izin keluar asrama. Pertama-tama penulis akan menceritakan pengalaman penulis ketika penulis pulang dari kuliah.
Kala itu penulis sedang naik Metromini, sedang duduk sambil menyantaikan diri sejenak setelah kuliah dari pagi sampai sore, datang segerombolan siswa STM Bunda Kandung yang langsung membuat bis penuh sesak. Sepanjang perjalanan, mereka berisik seperti hanya kelompok mereka saja didalam bis, padahal ada orang tua juga yang sedang naik didalam bis itu, ini membuktikan bahwa pendidikan karakter di negeri ini masih kurang, terbukti dari tidak ada rasa hormatnya siswa Bunda Kandung tersebut terhadap penumpang lain didalam bis tersebut. Ketika polisi ada di dekat bis tersebut, mereka tambah berisik, menandakan mereka ada urusan dengan polisi, ditambah ketika di dalam bis, ada salah seorang dari mereka menelepon teman mereka yang tidak ikut didalam bis tersebut, dia menanyakan siapa saja dari anak SMA 68 yang tertangkap oleh polisi, dan ketika lampu merah mereka bertemu dengan temannya diluar bis, dia menanyakan temen satu sekolahnya ada yang tertangkap apa tidak, tetapi temannya malah mengejek “ngaku anak BheKha (Bunda Kandung)”, memang STM Bunda Kandung terkenal dengan tawurannya, mengapa pemerintah tidak membubarkan sekolah itu, padahal teman saya sempat berkata bahwa ketika dia SMA, dia sempat ikut test masuk STM Bunda Kandung, dan ketika dia ditest, gurunya ngetest sambil merokok, ini membuktikan bahwa guru tersebut tidak memberikan contoh yang baik kepada generasi muda.
Mengapa setiap permasalahan tidak diselesaikan dengan musyawarah, padahal kalau dengan kekerasan, akan menimbulkan kerugian di kedua pihak. Anggaplah kalau kita kalah dalam suatu debat atau perlombaan, anggap itu semua keberhasilan yang tertunda atau bahkan bukan rejeki kita.
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّی اللهُ عَلَیْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ رَأَی مِنْکُمْ مُنْکَرًا فَلْیُغَیِّرَ بِیَدِهِ وَ إِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ وَ إِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ذَالِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ
Artinya : Rosulullah SAW Bersabda, “Barang siapa yang melihat kemungkaran/kejahatan, maka rubahlah dengan tangan, apabila tidak bisa, rubahlah dengan ucapan, apabila tidak bisa rubahlah dengan hati, itu selemah-lemahnya iman/kepercayaan.
1 komentar:
Tidak semua anak bhekha kaya gtu ....
Hanya oknum tertentu saja mas
Posting Komentar